Setiap Minggu
pagi lelaki tua bertopi hitam itu selalu mondar mandir di sekitar gereja GBI Pasirian
dan halaman pastori. Bukan tanpa tujuan. Kakek tua berkacamata minus tsb sedang
bertugas menjaga barisan kendaraan di area parkiran. Memang jumlah kendaraan
jemaat setiap Minggu meluber. Untuk mengatur kerapian dan menjaga keamanan, diperlukan
petugas parkir. Tugas itulah yang dipercayakan oleh gereja kepada Pak Misto
(70).
Mengawali
percakapannya dengan Tim CMM, pria beranak 7 orang (2 meninggal), mengaku bahwa
dia mulai bekerja di GBI sejak bangunan gereja direhab total. Rehab dari gereja
berdinding bambu menjadi gereja yang semegah sekarang. “Awalnya, aku menjadi
kuli bangunan di gereja ini. Begitu pun dalam pembangunan pastori, aku ikut
andil di dalamnya sebagai tenaga bangunan. Sampai akhirnya aku dipercaya menjadi
penjaga malam dan tukang kebun gereja dan pastori. Semua pekerjaan yang dipercayakan
kepadaku, aku lakukan dengan suka cita,” cerita Pak Misto mengenang.
Karena faktor
usia, untuk tugas berjaga malam tidak lagi dia lakukan. Kini kakek bercucu 12
orang ini hanya fokus menjadi petugas parkir saja. Sunggupun demikian, kalau
gereja membutuhkan tenaganya untuk acara lain, dia selalu siap untuk membantunya. Menurutnya, selama menjadi tukang
parkir hanya satu kali dia kecolongan dengan kendaraan yang dijaganya. Ceritanya,
suatu hari ada tamu tak diundang
menginap beberapa hari di pastori. Saat
ibadah berlangsung, tiba-tiba si tamu misterius tersebut mengambil salah satu
sepeda milik pastori. Tanpa curiga apapun dibiarkannya saja sepeda itu dibawa.
Sampai sekarang orang itu tidak pernah muncul bersama sepedanya.
Sebagai tukang
parkir kendaraan di gereja, waktunya memang tidak terbatas pada hari Minggu
pagi dan Jumat malam saja. Di samping ibadah rutin, Jumat dan Minggu, dia tetap ditugaskan
gereja untuk menjaga kendaraan apabila gereja ada acara ibadah yang lain. Tak
hanya sebagai tukang parkir, dia juga mengantarkan jemaat dari area parkiran ke
pintu gereja jika turun hujan dengan meminjami payung. Menyeberangkan anak-anak
sekolah Minggu yang berseliweran di jalan dari gereja ke pastori. “Aku baru
akan pulang, setelah semua sepi tidak ada orang. Setiba di rumah aku pergi ke sawah,” tutur kakek yang rumahnya
hanya berjarak 500 meter dari gereja.
Bagaimana
dengan pengalaman rohaninya? Saat ditanyakan hal ini kepadanya, pria kelahiran
asli Pasirian ini hanya tersenyum simpul. Menurutnya, meskipun dia tidak seiman
dengan warga jemaat, namun dia melihat kerukunan dan kebaikan jemaat sangat
luar biasa. Perhatian gereja serta jemaat selama ini dia rasakan cukup
menguatkan untuk terus melayani pekerjaan Tuhan di tempat ini. “Pokoknya aku selalu
ada suka cita dengan pekerjaanku. Aku sudah tua, harus kerja apa lagi kalau
tidak seperti ini. Aku yakin, pekerjaan yang kulakukan selama ini adalah karena
adanya kasih anugerah Yang Maha Kuasa” ujarnya polos.
Misto adalah
sosok tegar dalam menjalani kerasnya kehidupan yang terjadi pada masa kini. Namun
dengan ketulusan melayani Tuhan, seberat apapun pekerjaannya dan setua apapun
usianya, kakek tua ini bertekad untuk bekerja sebaik-baiknya. Bekerja dengan penuh
suka cita. Sungguh, motivasi kehidupannya patut menjadi teladan bagi kita untuk
mensyukuri kasih karunia Tuhan. Semoga. (Tim CMM/Mws/bambangmws.blogspot.com)
Wah keren sekali 🙏
BalasHapus